Cerita Adat Blolong Lembata di Balik Nama Kampung Tengkorak

Sponsored




Liputan6.com, Kupang – Masyarakat adat suku Blolong yang mendiami Desa Lolong, Kecamatan Nagawutung, Kabupaten Lembata, NTT memiliki kampung adat yang berada di wilayah perbukitan tepat di belakang desa ini.

Kampung adat ini sekarang dikenal dengan nama Kampung Tengkorak. Nama ini tidak sembarang disematkan. Di kampung ini terdapat 69 tengkorak manusia yang disimpan di dalam rumah adat.

Tengkorak-tengkorak ini merupakan tengkorak nenek moyang masyarakat adat Suku Blolong yang terdiri dari 30 tengkorak perempuan dan 39 tengkorak laki-laki.

Di kampung adat ini terdapat empat rumah adat yaitu Una Kedak untuk menyimpan bahan makanan, Osa Kekas Ulir untuk menyimpan tikar keramat, Snajau sebagai tempat istirahat dan makan, dan Una Atakore (rumah tengkorak) untuk menyimpan tengkorak ini.

Menurut tutur tokoh masyarakat setempat, kisah tentang tengkorak ini bermula ketika masyarakat di kampung adat Suku Blolong terserang wabah penyakit pada ratusan tahun lalu.

Kala itu tidak ada medis, sehingga mereka berusaha mencari tempat yang baik untuk bisa tinggal dan menyembuhkan diri mereka. Nenek moyang Suku Blolong yang terserang wadah ini keluar dari kampung mereka.

Ternyata usaha mereka tidak berhasil. Ada yang meninggal di bawah pohon, di gua-gua, dan di pondok di kebun mereka.

Karena meninggal di hutan, jasad mereka dikoyak oleh babi hutan yang saat itu banyak ditemukan di hutan sekitar kampung Suku Blolong. Tubuh mereka tinggal tulang-belulang dan tengkorak.



Credit



Cerita Adat Blolong Lembata di Balik Nama Kampung Tengkorak.

Sponsored

Popular Posts

Copyright 2011. All rights reserved.
artist photos