Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia sekaligus anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI), memiliki peran penting dan strategis. Hal ini nampak dari diundangnya Indonesia dalam Sidang Umum ke-2 Islamic Organisation for Food Security (IOFS) di Jeddah, Saudi Arabia.
IOFS merupakan lembaga independen di bawah OKI yang bergerak di bidang ketahanan pangan. Sidang Umum ke-2 IOFS diawali dengan Senior Officials Session pada 27-28 Agustus 2019, dan dilanjutkan dengan Ministerial Session pada 29 Agustus 2019.
Status Indonesia saat ini masih belum menjadi anggota IOFS. Jika menjadi anggota, maka Indonesia akan mendapat keuntungan antara lain dapat meningkatkan akses ke pasar non-tradisional.
Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian (Kementan), Agung Hendriadi, selaku Ketua Delegasi Indonesia dalam pertemuan tersebut, menyampaikan pentingnya pembentukan cadangan pangan beras di negara-negara Muslim.
"Cadangan pangan diperlukan untuk penanganan kerawanan pangan, bencana serta kondisi darurat. Mengingat pangan pokok sebagian negara-negara Muslim adalah beras serta Indonesia memiliki surplus beras, maka Indonesia siap untuk berkontribusi dalam pembentukan cadangan pangan beras di negara-negara Muslim," ujar Agung.
Agung juga menyampaikan pengalaman Indonesia dalam mengelola cadangan pangan. Indonesia telah membangun cadangan pangan mulai dari tingkat nasional, provinsi, kabupaten sampai masyarakat.
"Indonesia juga terlibat aktif sebagai negara donor dalam ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserve atau disingkat APTERR. APTERR dibentuk untuk membantu negara ASEAN plus three dalam situasi darurat karena bencana alam atau untuk tujuan kemanusiaan lainnya," tambah Agung.
Selain cadangan pangan, General Assembly ke-2 IOFS juga membahas tentang rencana kerja IOFS 3 tahun ke depan, database situasi ketahanan pangan di negara-negara anggota OIC serta upaya pengurangan pangan tercecer (food loss).
Indonesia Diundang Menjadi Anggota Islamic Organization for Food Security (IOFS).