Banyak dari para demonstran datang membawa spanduk atau poster manual yang dibubuhi slogan-slogan seperti: "Tidak ada lagi kediktatoran", "Saya berjuang untuk negara saya dan kembalinya anak-anak saya!", serta "Warga senior sudah bosan dengan kebohongan Anda Maduro".
Dalam aksi protes tersebut juga terlihat anak-anak yang sama marahnya terhadap pemimpin mereka saat ini.
"Saya ingin Nicolás turun," kata Joswald Castro, seorang bocah lelaki berusia lima tahun dari sebuah komunitas miskin Caracas bernama El Cementerio.
Ditanya apa alasannya, Castro dengan polsii menjawab: "Supaya kami bisa makan."
Sementara Maria Vallera, dari distrik Petare, sebuah daerah kumuh yang luas di timur Caracas, datang membawa Patung Mariam serya berharap bisa terus mendukung perjuangan oposisi.
"Saya berusia 75 tahun dan saya tidak pernah mengalami mimpi buruk seperti kelaparan, kesengsaraan, dan kelangkaan barang," keluh Vallera. "Ini adalah mimpi buruk, benar-benar mimpi buruk."
Demonstrasi besar-besaran juga dilaporkan terjadi di Barinas, ibu kota negara bagian tempat mendiang diktator Hugo Chávez lahir dan dibesarkan, serta di Maracaibo, kota terbesar kedua di negara itu.
Di lain pihak, Maduro menyampaikan pesan bernada menantang pada pawai pro-pemerintah di Caracas belum lama ini, yang ditujukan untuk memperingati 20 tahun pelantikan Chavez sebagai presiden, pada 2 Februari 1999.
Maduro menuduh "imperialis" Presiden AS Donald Trump meluncurkan "rencana mengerikan" untuk melengserkan dia, dan merebut sumber daya Venezuela.
"Anda pikir Anda adalah kaisar dunia, bahwa Venezuela akan menyerah dan mematuhi perintah Anda? Tapi ketahuilah ini: Venezuela tidak akan menyerah. Venezuela akan maju. Venezuela memberontak. Venezuela bebas, berdaulat, dan mandiri", ujarnya berapi-api.
"Saya bertanya kepada semua rakyat Venezuela: haruskah kita menyerahkan kedaulatan negara kita kepada para imperialis asing?" Teriak Maduro.
"Tidak!" Teriak kerumunan itu.
Tuntut Nicolas Maduro Mundur, Puluhan Ribu Orang Serbu Ibu Kota Venezuela.